Kisah tentangnya sebagai wirausahawan sukses yang berhasil memulai bisnis dari puing-puing kegagalan, telah mendorong sekaligus menyemangati para pebisnis pemula untuk berani memulai usaha. Irawan Purwono adalah seorang entrepreneur yang memiliki inspirasi yang kuat dalam berbisnis, sehingga namanya sangat layak untuk disejajarkan dengan para pempimpin perusahaan terkemuka dunia lainnya.
Bahkan, nama Irawan Purwono selaku Chief Executive Officer (CEO) PT Nusantara Compnet Integrator (CompNet) pernah masuk sebagai finalis World Entrepreneur of The Year (WOEY) Tahun 2004, sebuah gelanggang pertemuan tahunan para pemimpin tertinggi perusahaan-perusahaan terbaik dunia yang digelar oleh Ernst&Young di Monte Carlo, Monaco.
Ajang unjuk prestasi serta pemaparan semangat dan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) para CEO dari seluruh dunia, khusus di Indonesia penilaian para finalisnya dilakukan oleh sejumlah anggota Dewan Juri yang sudah dikenal piawai dan kompeten di bidangnya. Saat itu, mereka terdiri Mari E. Pangestu (kini Menteri Perdagangan RI), Eva Riyanti Hutapea, Noke Kiroyan, Stanley Atmadja, dan Sihol Siagian.
Kepada Dewan Juri, Irawan Purwono kelahiran Semarang 7 September 1960 lantas membeberkan secara terbuka semua kisah perjalanannya berbisnis berikut pasang-surut dan gagal-kisah sukses perjalanan perusahaan PT Nusantara Compnet Integrator (CompNet), sebuah entitas bisnis baru yang secara khusus menyediakan jasa pelayanan solusi total sistem integrasi jaringan komputer.
Integrasi sistem jaringan komputer antara lain berfungsi sebagai infrastruktur jaringan komunikasi dan informasi data bisnis dalam satu gedung (local areas network), hingga yang lebih luas antar gedung atau antar benua (wide area network).
Irawan Purwono, seorang insinyur teknik elektro lulusan ITB Bandung (September 1986), di hadapan dewan juri juga membuka semua kinerja keuangan perusahaan berikut unsur-unsur inovasi dan ide orisinil yang dimiliki membangun bisnis.
Demikian pula misi dan visi perusahaan yang didirikan oleh ayah tiga orang anak lelaki ini dalam mendirikan CompNet, hingga kini dikenal sebagai sebuah sistem integrator jaringan komputer terkemuka Indonesia.
Irawan juga mengutopiakan mimpi untuk membawa perusahaan menjadi sekelas MNC (mutinational companies), yang berbasis di Indonesia namun beroperasi di berbagai negara.
Finalis WEOY
Irawan Purwono memang belum berkesempatan untuk terpilih dan berangkat ke Monaco, mewakili Indonesia dalam forum World Entrepreneur of The Year (WEOY) yang dilangsungkan setahun kemudian pada 28 Mei 2005 di Monte Carlo, Monaco. Akan tetapi, ketika namanya diumumkan menjadi finalis saja sudah banyak kolega dan rekan-rekan bisnis yang kadung dengan segera memberikan ucapan selamat kepada Irawan, baik melalui telepon maupun SMS. Salah satu bunyinya, yang terbanyak terekam, antara lain, “Congratulations, You are setingkat Mochtar Riady”.
Ya, Mochtar Riady pendiri dan pemilik Grup Lippo yang juga dikenal sebagai “Filsuf Bisnis Keuangan”, bersama Irawan Purwono adalah nama-nama di antara 15 Finalis WEOY 2004.
Ini menunjukkan penilaian objektif dari para Dewan Juri, yang walau skala bisnis mereka berbeda namun keduanya memiliki nilai dan jiwa serta semangat kewirausahaan yang sama tinggi sehingga sukses membangun bisnis bermula dari bawah.
Ada nilai-nilai yang mempersamakan Irawan Purwono dan Mochtar Riady sehingga Dewan Juri layak menyejajarkan keduanya bersama yang lain sebagai finalis. Para finalis EoY 2004 memang sudah terbukti semua memiliki spirit entrepreneurship yang tangguh.
Selengkapnya nama-nama mereka adalah Garibaldi Thohir (PT Wahana Ottomitra Multiartha), Hariono (Dayu Group), Irawan Purwono (PT Nusantara Compnet Integrator), Johannes Oentoro (Yayasan Pelita Harapan), Mochtar Riady (Lippo Grup), Moetaryanto (Group Petrolog), Rijanto Joesoef (PT Surya Multi Indopack), Rudy Wanandi (PT Asuransi Wahana Tata), Saripin Taidy (PT Probesco Disatama), Setyono Djuandi Darmono (PT Jababeka Tbk), Simarba Atong Tjia (President Director & Owner, Cahaya Buana Intitama), Sumadi Kusuma (PT Ocean Global Shipping/Global Putra International Group), UT Murphy Hutagalung (Presdir Arion Paramita Holding Company), dan Zakiah Ambadar (Managing Director, PT Lembanindo Tirta Anugrah).
Berjaya di Saat Krisis
Irawan pun mahfum menjadi entrepreneur terkemuka rupanya bukan semata-mata ditentukan oleh besarnya revenue perusahaan, kapitalisasi, modal yang dimiliki, atau semata-mata hanya terbatas bagi para konglomerat yang sudah berhasil dan malang melintang di dunia bisnis.
Melainkan bagaimana sesungguhnya kegigihan para pendiri dalam membangun usaha, dan apa semangat yang menjiwai pengelolaan perusahaan hingga berhasil. Dan, justru ini menurut Irawan yang lebih terutama, apa saja inspirasi baru yang dapat ditawarkan oleh sang entrepreneur sampai-sampai bisa menulari banyak orang untuk berani terjun menjadi wirausahawan sejati.
Irawan Purwono awalnya bergerak hanya bersama lima orang sahabat, sebagai pendiri dan pemilik perusahaan saat memulai PT Nusantara Compnet Integrator (CompNet) Maret 1997, persis beberapa bulan sebelum krisis ekonomi berskala multidimensional melanda Indonesia.
Bisa dibayangkan, dalam kalkulasi bisnis saat itu adalah mustahil sebuah perusahaan yang baru berdiri apalagi memiliki komitmen kuat untuk hanya bergerak fokus pada bidang penyediaan jasa solusi total sistem integrasi jaringan komputer, dapat bertahan.
Sebab semua perusahaan yang potensial menjadi customer kekuatan daya beli dan determinasi mereka benar-benar sedang menghilang. Seperti kalangan perbankan, yang kebanyakan sudah dimasukkan ke program penyehatan di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Tetapi dengan semangat kewirausahaan yang tinggi Irawan berhasil memompa daya juang para karyawan yang jumlahnya masih terbatas, agar memiliki sikap yang tangguh dan keahlian yang tinggi, serta dapat dipertanggungjawabkan untuk membangun kepercayaan pelanggan.
Karena solusi sistem integrasi jaringan yang dibangun dimaksudkan untuk membuat pelanggan dapat menjalankan roda bisnis perusahaan menjadi lebih cepat, CompNet, yang menyediakan solusi justru di tengah-tengah krisis ekonomi yang sedang melanda, pada akhirnya dapat bertahan bahkan segera berhasil meraih kepercayaan pelanggan dalam waktu singkat.
CompNet berjaya justru di saat krisis memuncak. CompNet sukses membangun sejumlah instalasi jaringan komputer secara terintegrasi sesuai standar internasional.
Sebagai bukti keberhasilannya menyediakan solusi, tak berapa lama, atau hanya dua tahun sesudah berdiri CompNet tampil sebagai perusahaan lokal pertama yang berhasil meraih penghargaan sebagai “Cisco Silver Certified Partner” dari Cisco Systems Indonesia November 1999.
Sebuah pencapaian yang tidak mudah, sesungguhnya. Sebab terbukti untuk dapat naik pangkat menjadi “Gold Certified Partner of Cisco System”, CompNet membutuhkan waktu cukup lama hingga baru berhasil meraihnya pada Desember 2003.
Ketika meraihnya pun CompNet adalah perusahaan lokal pertama yang bisa mencapai predikat Gold Certified Partner of Cisco System.
Khusus dengan Cisco, CompNet merupakan partner yang dapat bekerjasama dengan baik. Sejumlah penghargaan lain masih bisa diraih yang membuktikan keeratan kemitraan keduanya.
Pada bulan Juli 1997, misalnya, CompNet mencapai predikat “Cisco System’s Premier Certified Partner”; April 1998 sebagai “The FIRST Local Company who has developed CCIE”; Januari 1999 sebagai “The Rising Star of the Year”; Agustus 1999 sebagai “The HIGHEST number of people certified by Cisco System”; November 1999 sebagai “The FIRST local (national) company who achieved “Silver Certified Partner of Cisco Systems”; Agustus 2000 sebagai “Cisco Spotlight Silver Partner of The Year”; November 2002 sebagai “The HIGHEST number of people certified by Cisco System”; dan akhirnya pada Desember 2003 meraih penghargaan “The FIRST local (national) company who achieved “Gold Partner of Cisco Systems”.
Bermodalkan Semangat Juang
Irawan Purwono, alumni ITB Bandung Jurusan Teknik Elektro yang diwisuda pada bulan September 1986, membangun CompNet nyaris dengan modal yang terbatas. Modal utama sesungguhnya adalah keinginan besar untuk menjadi seorang wirausahawan sejati yang disegani di berbagai negara.
Spirit ini didukung oleh berbagai pengalaman sebelumnya, antara lain sebagai sales dan system engineer di sejumlah perusahaan seperti PT Berca Indonesia selama tiga tahun (November 1986-Juni 1989), dan PT Metrodata Electronics selama 4,5 tahun (Juli 1989-Oktober 1993).
Demikian pula sebuah pengalaman pahit nan tak akan terlupakan ketika mencoba terjun untuk pertamakali membangun usaha sendiri bersama kawan-kawan sesama mantan alumni Metrodata PT UniPro Nuansa Indonesia (sejak November 1993 hingga Februari 1997).
Di perusahaan kongsi yang didirikan dan dimiliki secara bersama-sama ini Irawan secara berjenjang pernah bekerja sebagai system engineer, senior technical support engineer, technical support manager, sales manager hingga mencapai puncak tertinggi sebagai Presiden Direktur PT UniPro Nuansa Indonesia (sejak Desember 1995 hingga Feberuari 1997).
Irawan keluar dari UniPro untuk segera mendirikan lagi perusahaan baru PT Nusantara Compnet Integrator (CompNet). Saat perusahaan ini didirikan pada Maret 1997, jumlah pemain di bisnis sistem integrator (SI) masih bisa dihitung dengan jari. Itupun, rata-rata dimiliki oleh para konglomerat melalui perusahaan-perusahaan besar yang dimiliki.
Mereka mendirikan perusahaan SI hanya karena sudah memiliki divisi integrasi, yang di dalamnya mencakup bidang Teknologi Informasi (TI). Mereka misalnya Ciputra yang memiliki PT Metrodata Electronics, Mochtar Riady denganPT Multipolar, William Soerjadjaya dengan PT Astra Graphia divisi Information Technology (AGIT), dan Murdaya Poo dengan PT Berca Indonesia. Demikian pula dengan nama lain Liem Sioe Liong atau Soedarpo Sastrosutomo semua memiliki perusahaan TI tersendiri.
Yang pasti saat itu rata-rata pengusaha besar memiliki perusahaan TI walau tak semua berhasil menjalankannya dengan rapi dan sehat termasuk Ciputra.
“Saya tahu karena saya pernah kerja di sana,” ujar Irawan, yang memiliki rasa kebanggaan luar biasa sebagai engineer saat masih bekerja di PT Metrodata Electronics.
“Waktu itu bekerja di Metrodata bangga sekali. Semua bule didatangin sama dia (Ciputra, maksudnya –Red), disuruhnya datang ke ulang tahun Metrodata,” kata Irawan.
Walau CompNet merupakan pendatang baru, karena memiliki keberanian yang luar biasa pada akhirnya Irawan Purwono berhasil menembus barikade bisnis yang dipasang para konglomerat tadi. Sebab sistem integrator yang secara fokus digeluti CompNet lebih mengandalkan keterampilan dan keahlian tingkat tinggi berstandar internasional, bukan mengandalkan kapital besar atau sumberdaya manusia massif berbiaya mahal.
Irawan memperoleh keberuntungan lain memilih bisnis TI yang masih nonregulated sehingga ada kebebasan untuk berkompetisi secara sehat atau free competition.
Bisnis TI hanya membutuhkan 4-C yaitu company yang menjual jasa, customer yang membeli jasa, chain sebagai jaringan pemasaran jasa, dan competition yang memberi kebebasan berkompetisi menjual jasa secara fair.
Bisnis model TI berbeda misalnya dengan perusahaan listrik yang hanya memerlukan 2-C, yaitu company yang menjual listrik dan customer masyarakat sebagai pelanggan pembeli listrik.
CEO Visioner
Irawan membangun CompNet bersama lima orang sahabat. Modal usaha dikumpulkan urunan berenam. Perusahaan tak sekalipun beriklan atau promosi karena keterbatasan anggaran.
“Yang saya lakukan pertama kali adalah bagaimana menajamkan bidang yang mau kami geluti,” kata Irawan Purwono, seorang entrepreneur yang memiliki pandangan bisnis sangat visonir menjangkau jauh ke depan.
Pilihan untuk hanya fokus pada sistem integrator jaringan diilhami oleh masukan dari salah seorang staf pemasaran tentang teori pengorbanan (sacrifice) yang harus ada dalam marketing.
Salah satu poinnya, mengorbankan salah satu aspek dari organisasi yang dimiliki untuk menciptakan image yang mudah diterima pelanggan.
CompNet berhasil mengorbankan area usaha yang semula banyak sub-sub bidang, menjadi hanya fokus pada kompetensi sistem integrasi jaringan komputer (network integrator).
Maka jadilah CompNet memiliki trademark sebagai perusahaan sistem integrator jaringan komputer tanpa perlu membawa-bawa salah satu brand komputer atau sistem jaringan.
CompNet menempuh jalur berbeda dengan apa yang biasa dilakukan oleh konglomerat pemilik perusahaan TI, yang harus menggandeng nama prinsipal supaya bisa diterima pasar seperti merek-merek IBM, HP, DEC, Compaq, Acer, Sun, Oracle, Microsoft dan lain-lain. Kata CompNet Irawan definisikan sebagai Competent Partner in Networking.
Tindakan mempersempit bidang usaha atau pasar terbukti sangat begitu efektif meningkatkan pendapatan perusahaan.
Enam tahun sesudah berdiri CompNet tumbuh cepat hingga tampil menjadi pemimpin di semua kalangan perusahaan penyedia solusi sistem integrator jaringan.
Memiliki kantor operasional di Jakarta, Semarang, dan Surabaya CompNet menyediakan jasa ke semua bidang industri vertikal seperti industri perdagangan, manufaktur, perbankan, minyak dan gas hingga lembaga-lembaga pemerintah yang berkehendak membangun sistem integrasi jaringan komunikasi dan informasi data.
Cepatnya pertumbuhan CompNet seiring pula dengan meningkatnya kepercayaan pelanggan. CompNet sangat mengandalkan kemampuan teknik, kecepatan, dan semangat juang dalam memberikan servis sebagai satu-satunya kata kunci keberhasilan perusahaan sesuai visi yang telah digariskan Irawan Purwono.
Birokratisasi di-minimize serendah mungkin untuk memotong sistem prosedur yang biasa terjadi di perusahaan-perusahaan besar.
Keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh semua karyawan dimobilisasi supaya mampu mendukung visi perusahaan berjalan efisien, terlebih saat modal kerja yang dimiliki masih belum sebesar sekarang.
Karyawan yang notabene juga pendiri perusahaan diberi kebebasan untuk membuat keputusan sendiri kecuali apabila menghadapi tembok kesulitan atau sedang diperhadapkan pada pilihan-pilihan yang beresiko tinggi. Kalau itu kejadiannya barulah berkonsultasi dengan “Sang CEO Entrepreneur yang Inspiratif” Irawan Purwono.
“Jika pelanggan puas dengan servis yang kami berikan, kemungkinan mereka akan memberitakan informasi tersebut dan menyebarluaskannya ke para kolega. Pemasaran seperti ini lebih efektif dan bersifat natural karena dituntut memberikan kemampuan dan keahlian terhadap servis yang dilakukan agar memuaskan bagi pelanggan,” kata Irawan, merujuk betapa CompNet dapat bergerak maju apa adanya tanpa polesan mesin pencitraan public relation, sebagaimana biasa dilakukan oleh perusahaan besar yang semata-mata lebih mengandalkan pencitraan artifisial.
Bermula Belasan Ribu Dollar AS
Karena itu Irawan Purwono tak sungkan untuk langsung menerima, apabila awalnya ia hanya dipercaya customer untuk mengerjakan proyek-proyek kecil bernilai belasan ribu dolar AS.
Irawan yakin angka-angka ini secara perlahan tapi pasti akan meningkat terus menjadi puluhan ribu, ratusan ribu bahkan hingga jutaan dollar AS.
Sebab terbuktilah sejak tahun 1999 CompNet mulai dipercaya menangani proyek senilai 300 ribu dolar AS, setahun kemudian melesat dipercaya menangani proyek telekomunikasi data pada bank BCA senilai 1,3 juta dolar AS.
Proyek ini sesungguhnya bernilai 2 juta dolar AS. Namun oleh owner terpaksa dibagi dengan kompetitor yang memang merupakan pemain lama di bidang ini bahkan rajanya untuk tingkat Asia Pasifik sebagai penyedia sistem integrator jaringan. CompNet dengan legowo bersedia menerima jalur kompromi daripada nanti malah dihantamin terus-menerus.
Lalu pada tahun 2003 CompNet bergabung dengan lima perusahaan lain dalam sebuah konsorsium pimpinan PT Mitra Integrasi Informatika, sebuah perusahaan sistem integrator milik Metrodata Group.
CompNet bersama konsorsium berhasil menyelesaikan proyek sistem jaringan telekomunikasi data Komisi Pemilihan Umum (KPU) senilai Rp 152 miliar, digunakan untuk keperluan Pemilu 2004.
“Yang jelas ada campur tangan Tuhan dalam semua langkah bisnis kami. Ya, mungkin Tuhan bersimpati sama saya,” kata Irawan mengenang kembali ucapan teman-teman tatkala limbung sebab pecah kongsi dengan para sahabat di PT UniPro Nuansa Indonesia.
Sahabat seakan menghibur saja tatkala mengatakan, Tuhan pasti akan menggantikan kerugian yang dialami tahun 1997 beratus kali ganda.
Sekelas Entrepreneur Dunia
Referensi keberhasilan menyelesaikan sejumlah kontrak pekerjaan dari owner sekelas Citibank, BP-ARCO, Bank BCA, Djarum, Ditjen Pajak hingga KPU, bagi Irawan sarat dengan nilai-nilai semangat kejuangan selaku entrepreneur.
Sebagai entrepreneur Irawan tak hanya bertindak sebagai pemimpin puncak di sebuah perusahaan sekaligus sebagai pemilik. Namun yang terutama dia seseorang yang memiliki jiwa yang harus bertanggungjawab atas segala perjalanan perusahaan dengan memikul resiko baik untung ataukah rugi.
Kesadaran ini ia kecap berdasarkan definisi kamus Oxford mengenai siapakah entrepreneur yang sesungguhnya itu. Yakni, a person who undertakes an enterprise or business, with the chance of profit or loss.
Kewirausahaan Irawan sangat pas pula dengan definisi entrepreneur yang pernah diungkapkan oleh Ciputra, mantan bosnya di PT Metrodata Electronics.
Filsuf pengembang properti ini dalam sebuah terbitan buku berjudul “10 Momen Penentu Seorang Entrepreneur Ir Ciputra” tulisan Antonius Tanan, menyebutkan, “Entrepreneur adalah seseorang yang inovatif dan mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya. Seorang entrepreneur akan mengubah padang ilalang jadi kota baru, pembuangan sampah menjadi resor yang indah, kawasan kumuh menjadi pencakar langit tempat ribuan orang bekerja. Entrepreneur mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas.”
Cerita sungguhan (a true story) bagaimana Irawan memulai usaha sama persis pula dengan cerita para pelaku bisnis teknologi informasi kelas dunia lain yang rata-rata memulainya dengan cara yang sangat sederhana sekali.
Seperti yang dilakukan oleh duo William Reddington Hewlett dan David Packard, keduanya lulusan Stanford University, AS, yang mendirikan sekaligus menjadi pemilik Hewlett-Packard Development Company (HP) sebuah perusahaan teknologi informasi terbesar dunia. Duo ini memulai HP tahun 1934 bermula dari garasi mobil.
Demikian pula dengan hakekat cerita mengenai Bill Gates pendiri Microsoft yang harus cepat-cepat keluar dari kampus hingga tak sempat lulus kuliah demi memuaskan hajat memulai bisnis mengembangkan piranti lunak komputer.
Bahkan Bill Gates seorang filantropis dan orang terkaya dunia dengan catatan kekayaan melebihi 50 miliar dollar AS, pada akhirnya berhasil mengungguli “The Deep Blue” IBM di bidang sistem operasi personal computer (PC).
Michael Dell pendiri Dell Computer tak jauh berbeda kisah perjalanan hidupnya dengan Irawan Purwono sebagai sesama entrepreneur. Dell memulai bisnis dari kamar kost saat masih menjadi mahasiswa di University of Texas tahun 1983 dalam usia 18 tahun. Dengan modal awal seribu dollar AS Dell mulai menjual komputer yang dirakit sesuai pesanan. Ia melakukan berbagai hal untuk menjual komputer rakitan termasuk menjalankan bisnis secara door to door.
Menginjak tahun 1994 Dell secara inovatif mulai menjual komputer melalui internet dan hasilnya luar biasa sekali. Saat ini penjualan Dell melebihi 50 juta dolar perhari, secara keseluruhan nilai total perusahaan melebihi 31 miliar dolar.
Dell menyebutkan, seorang entrepreneur adalah orang yang memiliki ide baru atau berbeda serta berani mengambil resiko dan bekerja keras untuk mewujudkannya.
Untuk ukuran Indonesia Irawan Purwono sudah melakukan bahkan menjadi inspirasi bisnis yang kuat bagi para calon entrepreneur muda untuk berani memulai bisnis baru.
Filosofi “HILLS”
Dalam berbisnis Irawan seorang penganut agama Katolik yang taat, sangat memahami betul filosofi Santo Franciscus d’Assisi yang mengatakan, “Do what is needed, then do what is possible, and suddenly, you will realize that you have done the impossible”.
Di lingkungan perusahaan Irawan kemudian menumbuhkan sebuah filosofi baru sebagai spirit bersama yang terangkum dalam intisari kata “HILLS”.
HILLS adalah singkatan dari lima kata yakni: Helpful, hidup yang senang membantu dan menolong; Integrity, hidup yang menekankan kejujuran dan integritas dalam bekerja; Love, hidup yang menumbuhkan rasa cinta dan loyalitas abadi kepada perusahaan; Learn, hidup yang terbuka dan senang belajar tanpa henti secara berkelanjutan; serta Spirit of Excellence yaitu hidup yang bersemangat untuk selalu memberikan yang terbaik bagi perusahaan.
Irawan menghabiskan waktu bekerja di kantor paling tidak 12 jam sehari, bahkan bisa lebih. Kondisi ini didukung posisi rumah dan kantor yang saling bersebelahan, terletak di Jalan Kemanggisan Utama Raya Nomor 26, Jakarta Barat.
Di kantor inilah Irawan yang berhasil mengubahkan “wajah ilmiahnya” yang cenderung introvert menjadi wajah baru yang ekstovert hingga layak menjadi salesman dan marketer yang terbaik bagi perusahaan, aktif menjalankan bisnis. Irawan sehari-hari selalu tampil penuh semangat dan gembira terutama saat berdiskusi dengan para karyawan untuk memecahkan berbagai macam persoalan.
Sebagai entrepreneur yang relatif masih berusia muda Irawan rajin sekali membagi-bagikan visi bisnisnya ke semua orang. Ia juga memberikan motivasi, menunjukkan dukungan terhadap ide-ide orisinal, sekaligus menyuarakan peringatan-peringatan sebagai warning. Irawan pasti akan menyambut gembira setiap keberhasilan yang diraih karyawan. ►e-ti/ht