Minggu, 06 April 2008

ANALISIS RASIO DALAM AGRIBISNIS


A. Analisis Rasio Output/Input

Rasio output/input atau O/I Ratio adalah perbandingan antara output total dengan biaya variable.
O/I ratio ini digunakan untuk membandingkan dua atau lebih macam tanaman atau ternak (yang dapat saling dipertukarkan), bersama-sama dengan membandingkan selisih bruto.. Melalui perbandingan selisih bruto dan O/I ratio ini, dapatlah dicari tanaman atau ternak mana yang paling menguntungkan.

Bila diketahui O/I ratio suatu komoditi sama dengan 2,50, ini berarti setiap pengeluaran input variabel sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan output Rp 2,50.

Bila diketahui O/I ratio untuk ayam petelur adalah 1,095 dan O/I ratio untuk sapi penggemukan adalah 1,295, maka dapat disimpulkan bahwa usaha penggemukan sapi lebih menguntungkan dari pada usaha peternakan ayam petelur.

B. Analisis Rasio B/C

Rasio Benefit/cost atau B/C ratio yaitu perbandingan antara tambahan output dan tambahan biaya (input). Angka patokan B/C ratio dipergunakan bila kita akan memperbandingkan dua methode, contohnya methode penggunaan teknologi lama dengan teknologi baru, sehingga kita dapat memberi petunjuk yang jelas kepada petani sebagai dasar untuk mengambil keputusan.

Pada dasarnya setiap penggunaan teknologi baru, pasti akan mengandung resiko, terutama bertambahnya biaya produksi, walaupun hasil produksinya juga akan bertambah. Seberapa tingkat kelayakan penggunaan teknologi baru itulah kita menghitung analisis B/C ratio.

Sebagai contoh, pada suatu usaha agribisnis sapi potong sebanyak 50 ekor, ada 2 perlakuan, yaitu perlakuan lama tanpa menggunakan diberi implant oestradiol benzoate, dan cara baru diberikan implant oestradiol benzoate, terdapat data sebagai berikut :


Sebagai gambaran :
B/C < 1,0, artinya usaha cara baru tidak menguntungkan/rugi dibandingkan dengan cara lama. B/C = 1,0, artinya usaha cara baru tidak berbeda dengan cara lama. B/C > 1,0, artinya usaha cara baru lebih menguntungkan/lebih baik dibandingkan dengan cara lama.

C. Break Even Point (BEP)

Yang dimaksud dengan BEP adalah suatu keadaan di mana hasil usaha yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam keadaan ini usaha yang kiota jalankan tidak mengalami kerugian tetapi tidak juga mendapatkan keuntungan (impas).

Untuk menentukan tingkat BEP perhitungan dilakukan pada tiap satuan unit produksi atau dalam rupiah. BEP dapat dihitung jika telah diketahui biaya tetap, biaya produksi dan hasil penjualan, dengan rumus :
Biaya tetap
BEP = ________________________________
Biaya produksi
1 - -----------------------------
Hasil penjualan



D. Perhitungan Waktu Balik Modal (payback period)

Periode pengembalian modal/waktu balik modal adalah periode di mana jumlah total pengeluaran sama dengan total pemasukan, dihitung dengan rumus :

Tingkat pengembalian modal :
TPM = Keuntungan bersih per th + penyusutan x 100 %
Investasi awal



Waktu balik modal :
WBM = 1/(%tingkat pengembalian modal)

E. Likuiditas

Likuiditas menunjukkan sampai di mana agribisnis dapat memenuhi kewajiban finansialnya, misalnya membayar tagihan, hutang, bunga, pajak rekening dan sebagainya.
Pada prinsipnya mempertahankan likuiditas adalah penting, yaitu menjaga agar lamanya periode tersedia uang, setidak-tidaknya sama lamanya dengan periode pertukaran (sirkulasi).
Modal dalam proses agribisnis adalah perlu sekali untuk bias tepat waktu merencanakan alat pembayaran yang likuid masa akan dating, agar kita tidak meminjam dalam keadaan yang terdesak.
Tetapi jangan sampai over liquidity karena akan rugi membayar bunga. Suatu usahatani dikatakan over likuiditas bila uang modal tersedia jauh melebihi modal yang disalurkan selama satu periode produksi.

Sebaliknya apabila non likuiditas akan berakibat :
+ Kesulitan dengan pihak kreditor, bunga lebih tinggi dsb.
+ Terpaksa menjual produk, mungkin pada saat harga pasar rendah
+ Tidak sanggup membeli keperluan usahatani secukupnya
+ Terpaksa menjual alat produksi, ternak, tanah dsb.

Untuk mengukur likuiditas digunakan rumus Current Ratio (likuiditas) yaitu :
Likuiditas = Kekayaan lancer
Utang lancer

Rasio yang dipakai untuk mengukur posisi keuangan dan kekuatan suatu perusahaan yang terkait dengan likuiditas adalah :

1. Current Ratio (CR)

Current ratio adalah suatu ukuran likuiditas dari suatu usahatani yang menunjukkan hubungan antara current assets (kekayaan lancer) dan current liabilities (hutang lancer).

Rumus :
CR = current assets (kekayaan lancer)
Current liabilities (hutang lancer)

Kekayaan lancara pada neraca dapat digunakan untuk membayar hutang lancer (hutang jangka pendek). Oleh karena itu CR digunakan untuk mengukur kemampuan menyiapkan uang kas untuk membayar pinjaman dan hutang-hutang lainnya. Rasio ini penting dipertimbangkan karena suatu usahatani mungkin solvable tetapi tetap mengalami kesulitan uang kas untuk membayar hutang-hutang lancarnya. Misalnya modal yang ada lebih banyak digunakan untuk investasi (bangunan, kantor, kendaraan dll), sehingga modal yang dioperasikan terbatas.

Jika :
CR = 1, artinya hutang lancer sama dengan kekayaan lancer, likuiditas masih normal, karena perusahaan masih dapat membayar dengan lancer hutang-hutangnya.
CR > 1, lebih disukai, karena perusahaan tidak kesulitan dalam membayar hutang-hutangnya yang sudah jatuh tempo, bahkan masih sisa.
CR < 1, menunjukkan adanya masalah likuiditas sehingga memerlukan tindakan pinjaman jangka menengah atau jangka panjang, agar perusahaan dapat melunasi hutang-hutang lancarnya. Tugas : Hitunglah CR pada data di atas, dan berikan kesimpulan anda ! 2. Working Capital Ratio (WCR) atau Rasio Modal Kerja WCR merupakan ukuran antara likuiditas dan solvabilitas yang dapat dihitung dari persamaan/rumus : WCR = (harta lancer + harta jangka menengah)/(Hutang lancer + hutang jangka menengah) WCR digunakan untuk mengukur kemampuan likuiditas suatu usahatani dalam jangka beberapa tahun tertentu. F. Solvabilitas Solvabilitas adalah perbandingan antara modal milik sendiri dan total modal yang diinvestasikan, dengan rumus sebagai berikut : Solvabilitas = {(Modal sendiri)/Modal yang diinvestasikan)} x 100 % Jika tidak ada modal asing (pinjaman), maka solvabilitas 100 %. Sebaliknya jika semuanya dibiayai oleh modal asing,maka solvabilitasnya 0 %. Solvabilitas memberikan gambaran tentang daya tahan perusahaan. Modal milik sendiri merupakan penyangga (buffer) untuk menampung langkah-langkah yang gagal. Suatu agribisnis dapat dikatakan bonafit atau memiliki reputasi baik bila solvabilitasnya lebih dari 80 %. Oleh karena itu penumpukan modal sendiri adalah penting, baik dengan menekan kebutuhan hidup maupun dengan memperbesar tabungan. Soal : Diketahui suatu data agribisnis sebagai berikut : - Investasi total awal th Rp 10.700.000 - Modal pinjaman Rp 4.600.000 - Setelah setahun petani membayar hutangnya Rp 4.600.000 - Mengambil kredit baru Rp 7.000.000 - Investasi total akhir th tidak berubah. Tugas anda : - Hitunglah solvabilitas pada awal tahun ! - Hitunglah solvabilitas pada akhir tahun ! - Bagaimana kesimpulan anda ? Rasio yang dipakai untuk mengukur posisi keuangan dan kekuatan suatu perusahaan yang terkait dengan solvabilitas adalah : Net Capital Ratio (NCR) NCR = Kekayaan total hutang total Nilai NCR = 1, menggambarkan bahwa total aktiva sama dengan total pasiva. Keseluruhan hartanya hanya cukup untuk membayar hutangnya. Nilai NCR < 1, menggambarkan perusahaan rugi, perusahaan tidak dapat membayar hutang-hutangnya, walaupun harus menjual semua asetnya. Nilai NCR > 1, menunjukkan perusahaan berkemampuan dalam membayar hutang-hutangnya.
Perusahaan yang baik adalah yang mempunyai nilai NCR meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ideal terjadi bila perusahaan mempunyai NCR = 2 atau lebih.
Pada soal solvabilitas di atas, cobalah anda hitung nilai NCR awal tahun dan akhir tahun. Selanjutnya berikan kesimpulan anda.

Debt/Equity Ratio (D/E)
Debd/equity ratio (D/E) atau laverage ratio (LR) menunjukkan keuntungan modal sendiri dan modal pinjaman.
Rumus :
D/E = (hutang total)/(Net worth)

D/E = (hutang total)/(Kekayaan total – hutang total)
Net worth = modal sendiri.
Nilai rasio D/E yang semakin kecil, makin menunjukkan kekuatan dari posisi keuangan suatu usaha kuat, di mana equity (modal sendiri) lebih besar dari hutang total.
Bila angka D/E = 1 berarti perusahaan dapat mencukupi 50 % capital dari modalnya sendiri, dan yang 50 % dari pinjaman. Pada kondisi tersebut NCR = 2. Silakan anda buktikan !
Sebagai kreditor (bank), selain melihat kelayakan perusahaan melalui perhitungan solvabilitas, maka pertimbangan lain yang perlu diperhatikan adalah :
o Umur dan kesehatan petani
o Sumbangan tenaga kerja dari istri dan anak-anaknya
o Hemat atau pemboros
o Kecakapan mengelola serta keterampilan teknis petani
o Corak serta sifat usahatani : luas, jenis, kesuburan tanah, pengairan, dan letak.
o Dugaan harga serta prospek masa depan secara umum
o Untuk tujuan apa ia meminjam, rentabilitas dari investasi modal pinjaman itu
o Sifat-sifat pribadi
o Bonafiditas.

Pada kasus soal solvabilitas tersebut, hitunglah D/E pada awal tahun dan D/E akhir tahun. Berikan kesimpulan anda ! Bila anda bertugas sebagai pegawai bank, apakah anda akan memutuskan untuk mengucurkan kredit kepada perusahaan tersebut ? Berikan alasannya.

G. Rentabilitas

Rentabilitas menunjukkan berapa besarnya bunga yang dapat dihasilkan oleh investasi kekayaan total. Dalam hal ini pendapatan pengelola (laba sesungguhnya) dihitung sebagai bunga dari kekayaan yang diinvestasikan. Lalu kita tambahkan bunga modal yang telah diperhitungkan.

Jadi rentabilitas dapat memberikan petunjuk seberapa besar kontribusi bunga dari modal yang diinvestasikan dalam menghasilkan uang. Hal ini karena berapapun uang yang kita depositokan di bank, juga akan mendapatkan balas jasa berupa bunga.

Rumus :
Rtt = {(PP + B)/K} x 100 %

PP = pendapatan pengelola
B = semua bunga yang telah diperhitungkan dalam biaya
K = seluruh investasi atau kekayaan.

Modal yang kita investasikan ada sebagian yang diperoleh dari pinjaman. Bunganyapun sudah diperhitungkan/dibayarkan pada setiap kali membayar cicilan pada bank. Bagaimanakah menghitung rentabilitas dari kekayaan milik sendiri ?

Rumus :
Rts = {(PP + B – Bb)/Ks} x 100 %

Rts = rentabilitas dari kekayaan milik sendiri
PP = pendapatan pengelola
B = semua bunga yang telah diperhitungkan dalam biaya
Bb = bunga yang telah dibayarkan
Ks = Kekayaan (modal) milik sendiri.

Jika jumlah pinjamannya besar, maka jumlah bunga yang harus dibayarkan ke bank tinggi, sehingga akan mengurangi nilai Rts.
Sebaliknya jika pinjamannya relative kecil, apalagi bunga bank rendah, maka memberikan peluang pendapatan pengelola tinggi, dan demikian pula rentabilitasnya juga tinggi (memuaskan).

Soal :
Dari Rp 100.000.000 modal yang diinvestasikan, sebanyak 75 %nya adalah modal sendiri. Dalam setahun perusahaan harus membayar Rp 3.000.000 untuk bunga modal pinjaman bank. Keseluruhan bunga modal yang diperhitungkan adalah sebesar Rp 15.000.000. Dalam setahun perusahaan mendapatkan keuntungan bersih (pendapatan pengelola) sebesar Rp 14.000.000.
Tentukan :
a. Berapakah rentabilitasnya ? Berikan penjelasan dari hasil perhitungan tersebut !
b. Berapakah rentabilitas dari modal milik sendiri ? Berikan penjelasan dari hasil perhitungan tersebut !

Rasio untuk mengukur kelayakan usaha terkait dengan rentabilitas adalah :

1. Return on Investment (ROI)

ROI merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal atau untuk mengukur keuntungan usaha dalam kaitannya dengan investasi yang digunakan.

Jika ratio ini mempunyai nilai rendah berarti pelaksanaan agribisnis belum efisien. Untuk meningkatkannya diperlukan pembenahan dalam pelaksanaan agribisnis ataupun pemasarannya.

Jadi tujuan dari analisis ROI adalah untuk mengetahui efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Dalam pelaksanaan agribisnis, besar kecilnya ROI ditentukan oleh keuntungan bersih yang dicapai dalam suatu usaha agribisnis.

Rumus :
ROI = (laba usaha)/(Modal yg diinvestasikan)

Tugas :
Dari data soal di atas, tentukan berapa ROI ? Jelaskan maksud dari angka hasil perhitungan tersebut ?